Selasa, 20 April 2010

Menakar Nasionalisme Etnis Tionghoa

Oleh: Andriadi Achmad

Judul : Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia
Penulis : Leo Suryadinata
Penerbit : Komunitas Bambu
Cetakan : Pertama, Maret 2010
Tebal : xii + 180 Halaman
Harga : Rp. 45.000

Nusantara merupakan salah satu tempat persinggahan nenek moyang bangsa Tionghoa di masa lampau. Secara realitas, sampai hari ini banyak warga keturunan Tionghoa—sudah menjadi warga negara—tinggal di seluruh penjuru negeri kita. Walaupun secara identitas mereka hanya etnis keturunan, namun tak menutup ruang gerak, kiprah, perjuangan dan tumbuhnya sense of nasionalism.

Melalui buku Tokoh Tionghoa dan Identitas Indonesia tengah berada di tangan pembaca ini, Leo Suryadinata merangkum sekilas biografi delapan tokoh peranakan Tionghoa Indonesia. Dimana secara historis mereka sangat berpengaruh dalam menyuarakan nasionalisme Indonesia melalui berbagai cara, lembaga dan keahlian masing-masing seperti dalam bidang hukum, sastera, dan keagamaan.

Lebih jauh, Leo dalam buku ini membagi delapan tokoh Tionghoa tersebut berdasarkan kiprah sebelum dan sesudah perang kemerdekaan RI. Pertama, tokoh-tokoh Tionghoa aktif sebelum perang kemerdekaan RI, seperti Tjoe Boe San dikenal sebagai nasionalis Tionghoa dan redaktur harian Sin Po (koran nasionalisme etnis Tionghoa) serta pernah mengadakan kampanye memberantas Undang-Undang Kekawulaan Belanda; Kwee Hing Tjiat adalah nasionalis Tionghoa dan penganjur asimilasi masyarakat Tionghoa di Indonesia; Kwee Tek Hoay sebagai seorang pengarang dan penganjur Tridharma; Liem Koen Hian merupakan seorang tokoh politik Tionghoa dan pendiri Partai Tionghoa Indonesia (PTI); Kwee Kek Beng di sebut nasionalis Tionghoa di tengah dilema dalam zaman pancaroba.

Kedua, tokoh-tokoh Tionghoa aktif setelah perang kemerdekaan RI, seperti P.K. Ojong seorang wartawan kawakan dan menganjurkan asimilasi serta pendiri Harian Kompas; Abdul Karim Oey Tjeng Hien di nobatkan sebagai tokoh Islam Tionghoa sangat giat berdakwah di kalangan Tionghoa dan dekat dengan Buya HAMKA dan Soekarno; Yap Thiam Hien di ketahui sebagai advokat secara gigih membela Hak Asasi Manusia.

Menelaah secara teliti, melalui buku ini kita dapat memahami bagaimana proses perjalanan tokoh-tokoh Tionghoa tersebut mencari identitas nasional di tengah-tengah multikulturalisme (ras, suku, agama dan budaya) kehidupan berbangsa di Indonesia baik sebelum dan sesudah kemerdekaan RI serta memberi pengaruh terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Terukir dalam catatan sejarah, mereka berkutat mencari jalan untuk menemukan orientasi identitas antara berkiblat atau kembali ke Tiongkok, namun akhirnya mereka justru menyuarakan agar orang Tionghoa menjadi Indonesia.

Falsafah negari kita—Bhineka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tapi tetap satu)—secara hakiki memberi ruang gerak kebebasan ditengah keberagaman ras, agama, suku, dan etnis. Telah terbukti bahwa perjuangan dan kiprah tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia sejak masa lampau, setidaknya bisa menjadi parameter untuk manakar sense of nasionalism etnis tioghoa di Indonesia.

Peresensi adalah Mahasiswa Program Pascasarjana Ilmu Politik Universitas Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar